Monday 27 February 2023

DISIPLIN, HIERARKI, LOYALITAS!

 

Kali ini saya hanya akan menyalin tulisan tentang Hierarki atau Jenjang Kepangkatan serta Implementasinya pada saat pelaksanaan kegiatan kedinasan di suatu Lembega, Instansi serta Organisasi / perusahaan.

Hierarki adalah istilah yang mungkin masih belum dipahami oleh sebagian orang. Istilah ini kerap digunakan Dikalangan suatu Instansi / Lembaga / Institusi baik Militer, Kepolisian dan Pemerintahan, terutama dalam pengelompokan jabatan dalam suatu pekerjaan.

Hierarki adalah istilah yang berkaitan dengan tingkatan jabatan atau kepangkatan. Di mana dalam hierarki seseorang atau sesuatu dapat dikatakan sebagai berada di “atas”, “bawah”, atau “pada tingkat yang sama” dengan yang lainnya.

Hierarki merupakan istilah dengan yang digunakan dalam berbagai bidang, dan maknanya tentu berbeda-beda. Namun, secara umum istilah hierarki ini berkaitan dengan susunan organisasi, tingkatan, atau kedudukan dari sesuatu.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hierarki adalah urutan tingkatan atau jenjang jabatan (pangkat kedudukan). Hierarki adalah suatu susunan hal (objek, nama, nilai, kategori, dan sebagainya) di mana hal-hal tersebut dikemukakan sebagai berada di "atas," "bawah," atau "pada tingkat yang sama" dengan yang lainnya. Secara abstrak, suatu hierarki adalah sebuah kumpulan yang disusun.

Contoh hierarki adalah adanya tingkatan atau jenjang jabatan di tempat kerja. Pada hierarki dalam dunia kerja, kamu memahami bahwa Orang yang punya jabatan lebih tinggi, umumnya memiliki wewenang lebih untuk berkontribusi pada perusahaan, termasuk dalam hal pengambilan keputusan. Sebuah keputusan dalam perusahaan yang menganut budaya hierarki biasanya akan datang dari pimpinan tertinggi. Selain Institusi Pemerintahan, banyak juga perusahaan besar yang masih menganut sistem ini.

Hierarki adalah budaya kerja dalam suatu Lembaga / Institusi / perusahaan yang fokusnya pada perkembangan dan kestabilan peraturan, struktur, dan proses bisnis. Cara kerja hierarki adalah dengan menjunjung tinggi struktur manajemen yang ada di suatu lembaga. Hierarki sengat erat dengan kontrol dan kekuasaan, sehingga biasanya kurang fleksibel dalam menerima masukan dari seluruh anggota (terutama bawahan).

Hierarki dalam perusahaan biasanya dibagi menjadi 3, yaitu level atas, menengah, dan bawah. Otoritas, tanggung jawab, dan pengambilan keputusan dalam hal ini mengalir dari atas ke bawah. Seseorang yang memiliki level lebih tinggi juga memiliki kekuatan yang lebih tinggi. Manajemen level atas bertanggung jawab menetapkan tujuan, arah dan strategi perusahaan, sedangkan manajemen level bawah bertanggung jawab melaksanakannya.

Top Level Management atau Manajemen Tingkat Atas

Manajemen tingkat atas adalah manajemen level tertinggi dan memiliki otoritas tertinggi dalam sebuah organisasi. Manajemen tingkat atas juga bertanggung jawab langsung kepada pemilik suatu organisasi.

Middle Level Management atau Manajemen Tingkat Menengah

Manajemen tingkat menengah betanggung jawab kepada manajemen tingkat atas dan memiliki kewenangan untuk mengatur manajemen tingkat bawah. Manajemen tingkat menengah adalah penghubung antara Manajemen level bawah dan manajemen level atas.

Manajemen tingkat menengah terlibat dalam kegiatan sehari-hari, namun hanya dalam mengontrol, memotivasi, dan memberikan panduan kepada manajemen tingkat bawah untuk mencapai target dan tujuan.

Lower Level Management atau Manajemen Tingkat Bawah

Manajemen tingkat bawah disebut juga dengan manajemen lini pertama atau manajemen lini depan. Hierarki ini berinteraksi dan mengawasi anggota setiap hari dan mengelola orang-orang untuk melaksanakan tugas-tugasnya. Pekerjaan mereka juga bisa mencakup mengatur pekerjaan, mendelegasikan tugas fungsional, menilai kinerja, penjadwalan, dan memberi dan menerima umpan balik.

Kelebihan Hierarki pada suatu Organisasi

- Struktur dan kewenangannya jelas. Jadi, kita dapat mengetahui orang yang harus ditanya ketika menemukan sebuah masalah.

- Merasa lebih aman dari pembayaran gaji hingga jenjang karier. Saat merasa aman, kita menjadi bisa lebih fokus bekerja. Jenjang karier jelas dan kemungkinan promosi jabatan membuat anggota lebih termotivasi dalam bekerja.

- Menjadi ahli dalam bidangnya. Ini karena seseorang akan mendapatkan sebuah jabatan atau ditempatkan dalam divisi tertentu yang telah ditentukan dari mereka yang bekerja keras dan konsisten.

- Loyalitas tinggi sehingga menciptakan hubungan yang kuat antar anggota tim.


Kekurangan Hierarki dalam suatu Organisasi

- Pendapat kita mungkin lebih sulit didengar jika jabatan yang kita miliki berada cukup jauh dari pengambil keputusan.

- Kompetisi dan politik kantor yang kuat. Semakin tinggi jabatan, semakin ketat pula persaingannya.

- Budayanya cenderung kaku. Jadi, kita mungkin akan merasa tidak dihargai dan demotivasi ketika pimpinan organisasi tersebut terlihat tidak menunjukkan perhatian.

- Budaya yang cenderung membuat anggota tim “menurut” bisa membuat organisasi kesulitan melihat peluang untuk berkembang.


Hierarki Kepangkatan di Kepolisian RI, dari Bharada Hingga Jenderal

Sejak dilakukannya pemisahan TNI dan Kepolisian RI atau Polri melalui Tap MPR No. VI/MPR/2000 tentang pemisahan TNI dengan Polri dan Tap MPR No. VII/MPR/2000 tentang peran TNI dan peran Polri, segala sturktur hingga pangkat polisi diubah melalui surat keputusan Kapolri No. Pol: Skep/1259/X/2000, tertanggal 3 Oktober 2000. 

Untuk itu sejak 1 Januari 2001,  Polri telah menggunakan Tanda kepangkatan tersendiri.

Secara garis besar jenjang kepangkatan di Polri dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu Tamtama, Bintara dan Perwira. Di masing-masing jenjang tersebut dibagi lagi menjadi beberapa jenjang kepangkatan.

Tamtama

Pada jenjang Tamtama ini kepangkatan dimulai dai Bhayangkara dua atau Bharada. Kalau di TNI pangkat Bharada disebut Prajurit Dua atau Prada. Pangkat ini merupakan yang terendah di kepolisian dan disandang anggota Polri baru lulus pendidikan Sekolah Calon Tamtama atau Secatam.


Jika bekerja baik, anggota Polri jenjang Tamtama akan naik pangkat setingkat lebih tinggi setiap 4 tahun hingga menjadi Ajun Brigadir Polisi atau Abrip. Jika bernasib baik dan lolos seleksi, seorang Tamtama bisa mengikuti pendidikan calon bintara atau Secaba.

Bintara / Brigadir

Pada jenjang Bintara, kepangkatan dimulai dari Brigadir Polisi Dua atau Bripda. Kalau di TNI, pangkat Bripda sama dengan dengan Sersan Dua atau Serda.

Pangkat ini disandang oleh anggota Polri yang baru lulus pendidikan Secaba. Peserta pendidikan Secaba umumnya berasal dari rekrutan baru dari masyarakat dan bisa juga dari Tamtama Polri yang lulus persyaratan untuk mengikuti pendidikan Secaba.

Sama sepertti di jenjang Tamtama, seorang Bintara Polri yang bekerja baik dapat naik pangkat setiap 4 tahun, hinga mencapai jenjang tertinggi di Bintara yaitu Ajun Inspektur Polisi Satu atau Aiptu. Dari sini kita bisa mengira-ngira bahwa Brigadir J yang tewas setidaknya sudah berdinas di Polri paling tidak 8 tahun.

Selanjutnya jika seorang Bintara Polri ingin menjadi perwira Polri, yang bersangkutan harus memenuhi syarat kepangkatan tertentu di Bintara dan lulus tes masuk Sekolah Calon Perwira atau Secapa.

Perwira Pertama atau Pama

Pada jenjang Perwira, kepangkatan dimulai dari jenjang Perwira Pertama yaitu Inspektur Polisi Dua (Ipda). Bila di TNI, pangjkat ini sama dengan Letnan Dua.

Mereka yang menyandang pangkat Ipda adalah anggota Polri lulusan Akademi Kepolisian, dan Sekolah Inspektur Polisi Sumber Sarjana (SIPSS). Bisa juga mereka yang merupakan lulusan Secapa Polri.

Jika bekerja baik akan bisa naik pangjkat setidaknya setiap 4 tahun hingga menjadi Ajun Komisaris Polisi (AKP) atau Kapten di TNI. 

Perwira Menengah atau Pamen

Jenjang Perwira Menengah dimulai dari Komisaris Polisi atau Kompol, jika di TNI sama dengan Mayor. Setelah 4 tahun seorang Kompol dapat menjadi Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) atau Letnan Kolonel. Selanjutnya dapat naik menjadi Komisaris Besar Polisi (Kombes) atau sama dengan Kolonel di TNI. Untuk dapat naik pangkat dengan lancar di setiap jenjangnya, seorang Perwira Menengah Polri tentu saja harus mengikuti berbagai pendidikan yang dipsersyaratkan.

Perwira Tingga atau Pati

Jenjang pangkat Perwira Tinggi atau Pati dimulai dari bintang satu yang disebut Brigadir Jenderal atau Brigjen. Penyebutan sama dengan di TNI yaitu Brigjen.

Perbedaan penyebutan nama pangkat Pati Polri dengan TNI baru terlihat saat bintang dua yaitu Inspektur Jenderal (di TNI Mayor Jenderal) dan bintang tiga Komisaris Jenderal (di TNI disebut Letnan Jenderal).

Penyebutan kembali sama ketika sudah menyandang bintang empat, yaitu sama-sama disebut Jenderal.

Nah,,,,, setelah membaca artikel ini semoga kita tidak bingung lagi ketika membaca penyebutan nama kepangkatan anggota Polri, serta bentuk penghormatan sesuai dengan jenjang senioritas atau kepangkatannya.

 

#Sumber tulisan: puspenpol, silanews.com & liputan6.com


Sunday 12 February 2023

SERVANT LEADERSHIP


“Menjadi PEMIMPIN bukan sebuah BERKAH, tapi justru ini adalah sebuah AMANAH. Ketika itu yang dipakai maka apa yang dilakukan pemimpin seharusnya Melayani, Merendahkan diri, Ramah, Berbaik hati kepada orang yang dipimpinnya.”

(Rektor UII, Prof. Fathul Wahid, Ph.D)


Tidak selalu mudah memang, melakukan pelayanan kepada bawahan, karena kita dituntut untuk merendahkan ego, meninggalkan gengsi, dan mengabaikan sifat arogan kita. Tetapi ketika itu dilakukan maka bisa menjadi wujud bahwa kita ingat bahwa kita merupakan pemimpin. Pemimpin artinya kita mendapatkan kehormatan dan kemuliaan dari orang yang dipimpin.

“Agama Islam mengajarkan kita untuk membalas kebaikan dengan lebih baik, seperti membalas kehormatan dengan kehormatan yang lebih lagi.

Ketika kita memberi kehormatan kepada pengikut, maka Allah akan memberikan balasan berupa kehormatan yang lebih kelak di akhirat. “…. Dan tidaklah seseorang bersikap tawadhu karena Allah semata melainkan Dia pasti mengangkat (derajat) nya.” (HR. Muslim no 2588).

Dalam menyikapi situasi organisasi suatu instansi terkadang tidak seperti konsep kelembagaan yang dijalankan, banyak hal yang terjadi didalamnya seiring dengan pergantian sosok pimpinan dan kebijakannya serta metode dalam memimpin bawahannya. Saya menemukan tulisan yang mungkin bisa membuka hati para pimpinan yang berada di suatu instansi dalam memahami situasi serta kondisi karakter bawahannya agar suasana organisasi menjadi harmonis dan sehat demi tercapainya visi dan misi kelembagaan. 

Kepemimpinan yang melayani (servant leadership) merupakan suatu tipe atau model kepemimpinan yang dikembangkan untuk mengatasi krisis kepemimpinan yang dialami oleh suatu masyarakat atau bangsa. Para pemimpin-pelayan (servant leader) mempunyai kecenderungan lebih mengutamakan kebutuhan, kepentingan dan aspirasi orang-orang yang dipimpinnya di atas dirinya. 

Orientasinya adalah untuk melayani, cara pandangnya holistik dan beroperasi dengan standar moral spiritual. Pada tataran ini pejabat eselon IV biasanya  yang langsung berhadapan dengan pelanggan dan pemangku kepentingan harus mampu memberikan pelayanan prima sehingga dapat menjamin kepuasan pelanggan. Menurut Spears, pemimpin yang mengutamakan pelayanan, dimulai dengan perasaan alami seseorang yang ingin melayani dan untuk mendahulukan pelayanan. Selanjutnya secara sadar, pilihan ini membawa aspirasi dan dorongan dalam memimpin orang lain.

Selain mempengaruhi bagaimana perilaku karyawan tersebut,  manager sudah pastinya harus menguasai hal-hal seperti manajemen yang biasa dibutuhkan untuk mengatasi kerumitan dengan cara membuat tata tertib dengan menyusun rencana-rencana formal, merancang struktur organisasi yang ketat, setelah itu memantau hasil yang sudah dilakukan dengan cara membandingkannya dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Kemudian gaya manajemen dalam hal memimpin dan melayani dalam satu harmoni, dan terdapat interaksi dengan lingkungan. 

Seseorang Servant Leader adalah seseorang yang memiliki kuat untuk melayani dan memimpin, yang terpenting adalah mampu menggabungkan keduanya untuk saling memperkuat secara positif (Trompenaars dan Voerman). Dari beberapa pengertian di atas maka terdapat sepuluh karakteristik servant leadership (Spears, 2002:27-29) yaitu sebagai berikut: 
1.  Mendengarkan (listening) Servant leader mendengarkan dengan penuh perhatian kepada orang lain, mengidentifikasi dan membantu memperjelas keinginan kelompok, juga mendengarkan suara hati dirinya sendiri;
2.  Empati (empathy) Pemimpin yang melayani adalah mereka yang berusaha memahami rekan kerja dan mampu berempati dengan orang lain;
3.  Penyembuhan (healing) Servant leader mampu menciptakan penyembuhan emosional dan hubungan dirinya, atau hubungan dengan orang lain, karena hubungan merupakan kekuatan untuk transformasi dan integrasi;
4.  Kesadaran (awareness) Kesadaran untuk memahami isu-isu yang melibatkan etika, kekuasaan, dan nilai-nilai. Melihat situasi dari posisi yang seimbang yang lebih terintegrasi;
5.  Persuasi (persuasion) Pemimpin yang melayani berusaha meyakinkan orang lain daripada memaksa kepatuhan. Ini adalah satu hal yang paling membedakan antara model otoriter tradisional dengan servant leadership;
6.  Konseptualisasi (conceptualization) Kemampuan melihat masalah dari perspektif konseptualisasi berarti berfikir secara jangka panjang atau visioner dalam basis yang lebih luas;
7.  Kejelian (foresight) Jeli atau teliti dalam memahami pelajaran dari masa lalu, realitas saat ini, dan kemungkinan konsekuensi dari keputusan untuk masa depan;
8.  Keterbukaan (stewardship) Menekankan keterbukaan dan persuasi untuk membangun kepercayaan dari orang lain;
9.  Komitmen untuk Pertumbuhan (commitment to the growth of people) Tanggung jawab untuk melakukan usaha dalam meningkatkan pertumbuhan profesional karyawan dan organisasi;
10.  Membangun Komunitas (building community) Mengidentifikasi cara untuk membangun komunitas. Dengan demikian, karakteristik utama yang membedakan antara kepemimpinan pelayan dengan model kepemimpinan lainnya adalah keinginan untuk melayani hadir sebelum adanya keinginan untuk memimpin. 

Selanjutnya mereka yang memiliki kualitas kepemimpinan akan menjadi pemimpin. Sedangkan prioritas kepemimpinan pelayan yang pertama dan utama adalah pada pengembangan bawahan yang menghasilkan nilai tambah bagi Organisasi, lalu terciptanya kepuasan Institusi yang diikuti dengan keberhasilan yang berkesinambungan. 


Sumber tulisan: 
- Kutipan Rektor UII, Prof. Fathul Wahid, Ph.D
- Situs Kementrian keuangan:
  Penulis Seksi Hukum dan Informasi – KPKNL Palu

#abaharts

Wednesday 8 February 2023

Toon Greetings for Friend's

Salam Sehat & Sukses Selalu!
Kompol Anggun A. Putra, SIK.


Kombes Pol. Teguh Yuswardhie, SIK, MH. 






"mang" AKP Agus Nardi, SH.



AKBP Wirdhanto Hadicaksono, S.I.K., M.Si.





























 

Saturday 11 March 2017

Berbagi SEDEKAH itu,,,, INDAH





Sedekah mengundang rahmat Allah dan menjadi sebab Allah buka pintu rezeki. Nabi s.a.w. bersabda kepada Zubair bin al-Awwam: “Hai Zubair, ketahuilah bahwa kunci rezeki hamba itu ada di Arasy, yang dikirim oleh Allah azza wajalla kepada setiap hamba sekadar nafkahnya. Maka siapa yang membanyakkan pemberian kepada orang lain, niscaya Allah membanyakkan baginya. Dan siapa yang menyedikitkan, niscaya Allah menyedikitkan baginya.” (H.R. ad-Daruquthni dari Anas r.a.)

Sunday 5 February 2017

"Senam Bersama" dalam rangka Launching E-Policing Polda Sumut

Medan, (5/2/17). Launching Elektronic Policing (e-Policing) akan dilangsungkan, Minggu (5/2) di lapangan Merdeka Medan. Diperkirakan akan dihadiri ribuan masyarakat dari berbagai elemen diantaranya pelajar, mahasiswa, tokoh agama, tokoh masyarakat, media, pemuda, TNI POLRI, acara ini langsung diresmikan Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian. 

Sebelum lounching e-Policing, akan diawali dengan olahraga senam aerobic bersama, dimeriahkan dengan hiburan dan tarian 8 suku bangsa asli sumatera utara. Masyarakat juga dapat menyaksikan tayangan video aplikasi E-Policing dan simulasi aplikasi download serta simulasi kejadian. Kabid Humas Poldasu Kombes Pol Rina Sari Ginting, mengatakan, “E-Policing merupakan pemolisian era digital atau pemolisian secara elektronik atau pemolisian secara online. Merupakan inovasi sistem kerja berbasis IT yang dilakukan Polri guna meningkatkan pelayanan kepada public berbasis IT,” katanya. 

E-Policing menjadi harapan sekaligus ancaman, diera digital E-Policing merupakan kebutuhan bagi institusi kepolisian untuk dapat terus hidup tumbuh dan berkembang dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat yang modern dan demokratis dalam rangka mewujudkan dan memelihara keteraturan sosial, tambah Rina. Antusiasnya masyarakat Sumatera Utara akan kehadiran E-Policing ini, banyak kalangan organisasi, tokoh masyarakat, tokoh agama, akademisi menyatakan ‘siap mendukung polisi’, dalam melaksanakan tugasnya yang mau ikut mengembangkan pelayanannya berbasis IT.


#Sumber:http://news.metro24jam.com/read/2017/02/05/12719/kapolri-launching-e-policing-di-medan